Jumat, 26 Agustus 2016

CURHAT DENGAN MENULIS



Jk Rowling dengan sihir Harry Potter-nya
Twilight serial novel vampir ganteng yang bikin hebohnya  Stephenie Meyer
Semangat sekolah para prajurit Laskar Pelangi yang terhimpit oleh keadaan karya Anrea Hirata
Ahmad Fuadi dengan cerita indahnya tentang pondok pesantren
Karya-karya hebat dari penulis keren ini masuk deretan best seller yang mampu menggetarkan, mencerahkan dan menginsipirasi para penikmat tulisannya.
Saya selalu takjub dengan siapapun yang berhasil menghasilkan sebuah karya yang mempu mempengaruhi orang lain yang membacanya. Tentunya pengaruh positif yang bisa memberi perubahan sekitarnya atau pembacanya. Sepertinya seorang penulis itu penuh dengan ide-ide berkeliaran  yang seolah berebutan untuk dituangkan menjadi sebuah tulisan yang menarik dan luar biasa. Dan sepertinya mereka tidak perlu nunggu wangsit dulu untuk mendapatkan bermacam ide tulisan, tak perlu memeras otak untuk memunculkan sebuah ide cemerlang, mengalir...mengalir..lancar. Dan sepertinya lagi nih  penulis-penulis keren tersebut jarang mengalami kebuntuan di depan media tulis mereka. Saya ingin bisa nulis seperti mereka.
Pada masa digital seperti sekarang ini, kita bisa mendapatkan berbagai macam ilmu dan informasi yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan diri. Misal ingin tahu bagaimana menulis kita tinggal seaching di internet soal tulis menulis. Artikel yang ditulis dari penulis terkenal atau yang belum kita kenal tetap bermanfaat. Di sana terdapat berbagai macam informasi bagaimana cara memunculkan ide, bagaimana membuat paragraf pembuka, bagaimana mengembangkan tulisan dari outline yang sudah dibuat sebelumnya bahkan ada banyak tips bagaimana membuat judul yang asyik atau enak untuk dibaca.
Meskipun di dunia nyata jumlah teman saya terbatas namun kita bisa mencari teman yang banyak di dunia maya, tentunya tidak sekedar meminta pertemanan dengan sembarang klik. Tetapi sekiranya teman yang membawa pengaruh baik untuk diri kita. Nah karena saya ingin bisa menulis saya mencari komunitas orang-orang yang suka menulis setidaknya nanti ada beberapa tulisannya sharing mengenai hal tersebut.
Karena merasa tidak mempunyai bakat menulis dan profesi saya dituntut harus bisa menulis sayapun harus mencari komunitas yang satu frekuensi. Padahal saya diberi tugas oleh atasan untuk mengisi konten website kantor, maka dari itu saya terpacu untuk belajar menulis dari siapapun. Suatu waktu saya jalan-jalan di fesbuk dan menemukan grup yang isinya para perempuan hebat, Ibu-Ibu doyan Nulis dan Ibu-Ibu Doyan Bisnis besutan dari Indscript Center foundernya juga seorang perempuan hebat. Saya pun niatkan untuk mengikuti training yang ada untuk melatih kemampuan menulis saya. Saya bekerja di Kantor Perpustakaan Milik Pemerintahan Kota, saya sangat beruntung sekali karena banyak sumber literatur tersedia sebagai bahan untuk menulis namun sayangnya belum memiliki kemampuan menulis. Karena pengalaman saya hanyalah menulis di buku harian (diary) yang sudah terbiasa saya lakukan sejak usia SD yang berisi kisah-kisah polos tanpa beban khas usia sekolah dasar tak peduli benar tidaknya susunan kalimatnya. Dilanjut pada masa SLTP hingga kuliah masih saja senang curhat di buku harian apalagi di saat-saat sedih menulis lebih bisa lancar dan lebih cepat melahirkan banyak kalimat, hasilnya hati bisa lebih tenang.
Sampai sekarang, sudah menjadi seorang ibu pun buku harian masih ada di tas. Ke mana-mana saya bawa. Saya ingat waktu itu saya sedang mengalami masa-masa sulit di mana saya merasa harus meluapkan segala rasa yang sedang saya alami. Yaitu di mana saat anak sulung saya,Diva, divonis sakit kanker Neuroblastoma dan harus berobat rutin di Rumah Sakit Kariadi Semarang. Praktis saya harus bolak balik Pekalongan-Semarang-Pekalongan di tiap akhir pekan. Saya merasa sendiri. Saya seperti orang linglung. Selama proses pengobatan Diva saya tinggal di Pekalongan sementara suami dan anak-anak tinggal bersama orang tua saya di Semarang, keputusan ini kami ambil agar dekat akses ke rumah sakitnya dari pada harus bolak balik Pekalongan-Semarang. Tiap akhir pekan saya ke Semarang untuk menemani Diva jadwal kemoterapi. Begitu ritme saya hampir 2 tahun wira wiri Pekalongan-Semarang dan kembali bekerja Senin pagi balik lagi ke Pekalongan. Karena pengobatan kanker tidak hanya memakan satu dua hari saja kami memutuskan warung kecil yang dikelola suami saya tutup sementara entah sampai kapan. Buku harian menemaniku di kala di rumah sakit menumpahkan segala resah dan kekhawatian melihat perjuangan Diva melawan sakitnya dan praktis selama pengobatan saya berjauhan dengan keluarga kecilku tercinta, kesepian, kesedihan dan kerinduan selalu melanda di setiap waktu. Buku harianku inilah yang membantuku meringankan sesak di dada.
Ada beberapa hal yang saya dapatkan dari kegiatan ‘menggerakkan pena’ (sekarang dipermudah menulis via perangkat) antara lain :
  • Menulis sebagi terapi
Saya ingat di bab pendahululuan di bukunya pak Habibie, Habibi dan Ainun, di bab satu diceritakan sepeninggal Ibu Ainun, Pak Habibie merasa sangat terpukul dan didera kesedihan yang tak kinjung hilang. Beliau dinyatakan menderita psikosomatik, beberapa tenaga medis (dari dokter,psikiater sampai psikolog) ikut turun membantu kesembuhannya. Namun tak kunjung ada perubahan yang signifikan akhirnya ada saran bahwa Pak Habibie diminta untuk menulis segala kenangan bersama Ibu Ainun tercinta. Alhasil Pak Habibie jauh lebih baik dan bukunya pun sukses menjadi best seller dan diadaptasi ke layar lebar juga menjadi box office.
Begitu juga saya, seperti saya ceritakan sekilas di atas soal kesedihan tentang pertama kali Diva terkena Neuroblastoma hingga meninggal membuat kesedihan dan kepiluan yang berkepanjangan. Saya tuliskan semua rasa ke buku harian sehingga berhasil membantu melegakan apa yang menjadi sesak di dada.
  • Menambah wawasan
Pada saat harus menulis artikel atau karya ilmiah sebagai tugas kantor saya mewajibkan diri saya membaca beberapa judul buku sebagai bahan referensi. Bonusnya adalah kita jadi lebih banyak mendapat pengetahuan yang lebih banyak.
  • Melatih imajinasi
Saya juga suka nulis puisi, pilihan diksi akan membantu saya lebih bisa berimajinasi. Hai ini bisa mempertajam fungsi otak kanan.
Karena beberapa hal tersebut di atas saya mencari komunitas menulis lagi, bertemulah saya dengan Teh Rina Maruti, Mba Asih Sunarsih (salah satu member KMO sebelumnya)  di dunia maya dan akhirnya saya  tahu KMO dan ingin sekali belajar menulis. Di saat saya merasa tidak punya bakat menulis, saya bertanya kepada Mas Tendi Murti (Founder KMO) apakah menulis itu bakat atau ketrampilan. Beliau menjawab, ”menulis itu ketrampilan ..siapa saja bisa..berapa lama supaya mahir? Yang jelas semakin seering menulis..menulis semakin cepat untuk masuk ke tahap akhir.”
Dengan jawaban tersebut saya semakin membulatkan tekad untuk terus menulis walaupun tidak mempunyai bakat menulis. yang penting tinggal meluruskan niat dan bertindak untuk segera selalu menggerakkan pena untuk membuat tulisan.
#KMOClub07