Jk Rowling dengan sihir Harry Potter-nya
Twilight serial novel vampir ganteng yang bikin
hebohnya Stephenie Meyer
Semangat sekolah para prajurit Laskar Pelangi yang
terhimpit oleh keadaan karya Anrea Hirata
Ahmad Fuadi dengan cerita indahnya tentang pondok
pesantren
Karya-karya hebat dari penulis keren ini masuk
deretan best seller yang mampu menggetarkan, mencerahkan dan menginsipirasi
para penikmat tulisannya.
Saya selalu takjub dengan siapapun
yang berhasil menghasilkan sebuah karya yang mempu mempengaruhi orang lain yang
membacanya. Tentunya pengaruh positif yang bisa memberi perubahan sekitarnya
atau pembacanya. Sepertinya seorang penulis itu penuh dengan ide-ide
berkeliaran yang seolah berebutan untuk
dituangkan menjadi sebuah tulisan yang menarik dan luar biasa. Dan sepertinya
mereka tidak perlu nunggu wangsit dulu untuk mendapatkan bermacam ide tulisan,
tak perlu memeras otak untuk memunculkan sebuah ide cemerlang,
mengalir...mengalir..lancar. Dan sepertinya lagi nih penulis-penulis keren tersebut jarang mengalami
kebuntuan di depan media tulis mereka. Saya ingin bisa nulis seperti mereka.
Pada masa digital seperti sekarang
ini, kita bisa mendapatkan berbagai macam ilmu dan informasi yang sangat
bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan diri. Misal ingin tahu
bagaimana menulis kita tinggal seaching di internet soal tulis menulis. Artikel
yang ditulis dari penulis terkenal atau yang belum kita kenal tetap bermanfaat.
Di sana terdapat berbagai macam informasi bagaimana cara memunculkan ide,
bagaimana membuat paragraf pembuka, bagaimana mengembangkan tulisan dari outline yang sudah dibuat sebelumnya
bahkan ada banyak tips bagaimana membuat judul yang asyik atau enak untuk
dibaca.
Meskipun di dunia nyata jumlah teman
saya terbatas namun kita bisa mencari teman yang banyak di dunia maya, tentunya
tidak sekedar meminta pertemanan dengan sembarang klik. Tetapi sekiranya teman
yang membawa pengaruh baik untuk diri kita. Nah karena saya ingin bisa menulis
saya mencari komunitas orang-orang yang suka menulis setidaknya nanti ada
beberapa tulisannya sharing mengenai
hal tersebut.
Karena merasa tidak mempunyai
bakat menulis dan profesi saya dituntut harus bisa menulis sayapun harus
mencari komunitas yang satu frekuensi. Padahal saya diberi tugas oleh atasan
untuk mengisi konten website kantor, maka dari itu saya terpacu untuk belajar
menulis dari siapapun. Suatu waktu saya jalan-jalan di fesbuk dan menemukan
grup yang isinya para perempuan hebat, Ibu-Ibu doyan Nulis dan Ibu-Ibu Doyan
Bisnis besutan dari Indscript Center foundernya juga seorang perempuan hebat.
Saya pun niatkan untuk mengikuti training yang ada untuk melatih kemampuan
menulis saya. Saya bekerja di Kantor Perpustakaan Milik Pemerintahan Kota, saya
sangat beruntung sekali karena banyak sumber literatur tersedia sebagai bahan
untuk menulis namun sayangnya belum memiliki kemampuan menulis. Karena
pengalaman saya hanyalah menulis di buku harian (diary) yang sudah terbiasa
saya lakukan sejak usia SD yang berisi kisah-kisah polos tanpa beban khas usia
sekolah dasar tak peduli benar tidaknya susunan kalimatnya. Dilanjut pada masa
SLTP hingga kuliah masih saja senang curhat di buku harian apalagi di saat-saat
sedih menulis lebih bisa lancar dan lebih cepat melahirkan banyak kalimat,
hasilnya hati bisa lebih tenang.
Sampai sekarang, sudah menjadi seorang ibu pun buku
harian masih ada di tas. Ke mana-mana saya bawa. Saya ingat waktu itu saya
sedang mengalami masa-masa sulit di mana saya merasa harus meluapkan segala rasa
yang sedang saya alami. Yaitu di mana saat anak sulung saya,Diva, divonis sakit
kanker Neuroblastoma dan harus berobat rutin di Rumah Sakit Kariadi Semarang.
Praktis saya harus bolak balik Pekalongan-Semarang-Pekalongan di tiap akhir
pekan. Saya merasa sendiri. Saya seperti orang linglung. Selama proses
pengobatan Diva saya tinggal di Pekalongan sementara suami dan anak-anak
tinggal bersama orang tua saya di Semarang, keputusan ini kami ambil agar dekat
akses ke rumah sakitnya dari pada harus bolak balik Pekalongan-Semarang. Tiap
akhir pekan saya ke Semarang untuk menemani Diva jadwal kemoterapi. Begitu
ritme saya hampir 2 tahun wira wiri Pekalongan-Semarang dan kembali bekerja
Senin pagi balik lagi ke Pekalongan. Karena pengobatan kanker tidak hanya
memakan satu dua hari saja kami memutuskan warung kecil yang dikelola suami
saya tutup sementara entah sampai kapan. Buku harian menemaniku di kala di
rumah sakit menumpahkan segala resah dan kekhawatian melihat perjuangan Diva
melawan sakitnya dan praktis selama pengobatan saya berjauhan dengan keluarga
kecilku tercinta, kesepian, kesedihan dan kerinduan selalu melanda di setiap
waktu. Buku harianku inilah yang membantuku meringankan sesak di dada.
Ada beberapa hal yang saya dapatkan dari kegiatan
‘menggerakkan pena’ (sekarang dipermudah menulis via perangkat) antara lain :
- Menulis sebagi terapi
Saya
ingat di bab pendahululuan di bukunya pak Habibie, Habibi dan Ainun, di bab
satu diceritakan sepeninggal Ibu Ainun, Pak Habibie merasa sangat terpukul dan
didera kesedihan yang tak kinjung hilang. Beliau dinyatakan menderita
psikosomatik, beberapa tenaga medis (dari dokter,psikiater sampai psikolog) ikut
turun membantu kesembuhannya. Namun tak kunjung ada perubahan yang signifikan
akhirnya ada saran bahwa Pak Habibie diminta untuk menulis segala kenangan
bersama Ibu Ainun tercinta. Alhasil Pak Habibie jauh lebih baik dan bukunya pun
sukses menjadi best seller dan diadaptasi ke layar lebar juga menjadi box
office.
Begitu
juga saya, seperti saya ceritakan sekilas di atas soal kesedihan tentang
pertama kali Diva terkena Neuroblastoma hingga meninggal membuat kesedihan dan
kepiluan yang berkepanjangan. Saya tuliskan semua rasa ke buku harian sehingga
berhasil membantu melegakan apa yang menjadi sesak di dada.
- Menambah wawasan
Pada
saat harus menulis artikel atau karya ilmiah sebagai tugas kantor saya mewajibkan
diri saya membaca beberapa judul buku sebagai bahan referensi. Bonusnya adalah
kita jadi lebih banyak mendapat pengetahuan yang lebih banyak.
- Melatih imajinasi
Saya
juga suka nulis puisi, pilihan diksi akan membantu saya lebih bisa berimajinasi.
Hai ini bisa mempertajam fungsi otak kanan.
Karena
beberapa hal tersebut di atas saya mencari komunitas menulis lagi, bertemulah
saya dengan Teh Rina Maruti, Mba Asih Sunarsih (salah satu member KMO
sebelumnya) di dunia maya dan akhirnya
saya tahu KMO dan ingin sekali belajar
menulis. Di saat saya merasa tidak punya bakat menulis, saya bertanya kepada Mas
Tendi Murti (Founder KMO) apakah menulis itu bakat atau ketrampilan. Beliau
menjawab, ”menulis itu ketrampilan
..siapa saja bisa..berapa lama supaya mahir? Yang jelas semakin seering
menulis..menulis semakin cepat untuk masuk ke tahap akhir.”
Dengan
jawaban tersebut saya semakin membulatkan tekad untuk terus menulis walaupun
tidak mempunyai bakat menulis. yang penting tinggal meluruskan niat dan
bertindak untuk segera selalu menggerakkan pena untuk membuat tulisan.
#KMOClub07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar